INFO KEMITRAAN

Info aneka kebutuhan barang Anda, klik tautannya di sini Showcase Fendy Sy. Citrawarga. https://vt.tiktok.com/ZS6f5nX7Y/?page=Mall
Tampilkan postingan dengan label #tausiah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #tausiah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Desember 2020

TAUSIAH: Ingin Dicintai Allah? Sabar dan Tawakallah! (2/Habis)

BAIT-BUAT-DAKWAH.BLOGSPOT.COM -  Serahkan semua urusan di dunia ini hanya kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Janganlah kamu menggantungkan sesuatu kepada selain diriNya. 


Sebab, hanya Allah Subhanahu Wa Taala yang mempunyai kekuasaan atas segala hal. Segala usaha dan kerja keras kita tidak akan berarti apa-apa, jika Dia tidak menghendakinya.

Sebagai hambaNya, kita juga boleh berharap dengan berbaik sangka kepadaNya. Namun, kita harus ingat bahwa Zat yang menentukan hasil usaha kita adalah Allah Subhanahu Wa Taala, bukan manusia. Singkatnya, hikmah dari orang yang selalu bertawakal kepada Allah Subhanahu Wa Taala di antaranya sebagai berikut:

Allah Subhanahu Wa Taala mencukupi segala kebutuhannya. Termasuk dalam golongan orang yang bertakwa. Dimudahkan rezekinya. Diampuni dosa-dosanya. Masuk surga.

Sabar

Sabar termasuk salah satu ciri utama seseorang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa sabar merupakan setengah bagian dari iman. 

Sebab, sabar memiliki ikatan yang tidak dapat terpisahkan dari keimanan seseorang, seperti kepala dengan jasad. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Suhaib r.a. bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

“Sungguh, menakjubkan perkara orang yang beriman karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan, hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya kepada orang mukmin, yaitu jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan, jika ia tertimpa musibah, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim)

Banyak ayat yang menjelaskan tentang sabar, pada intinya memiliki hikmah sbb:

Sabar merupakan sifat yang harus kita miliki karena termasuk perintah Allah Subhanahu Wa Taala. Sebagaimana orang yang beriman, kita harus meminta pertolongan kepadaNya setelah berusaha dengan penuh kesabaran. Sesungguhnya, usaha yang disertai kesabaran merupakan perbuatan yang disukai oleh Allah Subhanahu Wa Taala.

Kesabaran mendatangkan pujian dari Allah Subhanahu Wa Taala. Seseorang yang memelihara kesabaran berarti telah berlaku jujur dalam keimanannya. 

Sebab, ia mampu menghadapi segala cobaan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Taala dan tetap mengingatNya dengan baik. Allah Subhanahu Wa Taala mencintai orang yang sabar. Semua orang yang beriman pasti berharap menjadi golongan orang yang dicintai oleh 

Allah Subhanahu Wa Taala. Namun, golongan tersebut hanya untuk orang-orang yang sabar terhadap ujian dan cobaan dariNya. Sabar yang dipelihara dengan baik akan mendapat ganjaran yang lebih baik daripada amalan lainnya. 

Sebab, kesabarannya melebihi usaha atau amalan yang telah dilakukan.Seseorang yang bersabar akan mendapat ampunan Allah Subhanahu Wa Taala. Selain itu, ia juga mendapat pahala dan ampunan dariNya. Wallahu a’lam. (@fen/hajinews.id/dari berbagai sumber) **

Minggu, 13 Desember 2020

TAUSIAH: Sabar dan Tawakallah ketika Menghadapi Musibah

 Oleh Sholehudin A Aziz

BAIT-BUAT-DAKWAH.BLOGSPOT.COM - Di tengah maraknya musibah yang melanda negeri tercinta, banyak sekali seruan ulama dan para tokoh nasional agar kita bersabar dan bertawakal kepada Allah SWT. 







Ilustrasi./republika.co.id/ist.

Hanya dengan kesabaran dan tawakal, seluruh ujian atau cobaan dan musibah tersebut bisa dilalui dengan baik, membawa kebaikan, dan keberkahan.

Namun, kesabaran dan tawakal kadang kala terlalu mudah diucapkan, tetapi sulit merealisasikannya dalam praktik kehidupan seharihari. 

Akhirnya, sabar dan tawakal hanya menjadi slogan dan jargon, minus aplikasi yang sesungguhnya. 

Bersabar merupakan sifat khas kaum beriman sejati di samping bersyukur sebagaimana disebutkan dalam suatu hadis Nabi yang artinya, 

"Betapa unik sikap orang yang beriman. Semua yang terjadi pada dirinya dianggap baik. Tidak ada sikap seperti itu, kecuali pada orang yang beriman. Jika memperoleh kemudahan dia bersyukur, hal itu dianggap baik bagi dirinya. Dan, jika ditimpa kesulitan ia bersabar, hal itu dianggap baik bagi dirinya."

Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah saw. senantiasa mengajari orang yang terkena musibah dengan sikap yang paling bermanfaat bagi dirinya, yaitu bersabar dan introspeksi diri (al-ihtisab), dengan memberikan alasan bahwa sabar dan introspeksi diri akan dapat meringankan musibah dan memperbanyak pahala. 

Rasulullah juga menegaskan bahwa banyak mengeluh, kesal, dan marah akan menambah beban musibah dan menghilangkan pahala. Rasulullah menjelaskan bahwa tidak ada anugerah Allah yang lebih baik dan lebih luas bagi hamba-hamba-Nya dibandingkan kesabaran. Karena Allah SWT benar-benar mencintai orang-orang yang bersabar. (QS Ali Imran (3): 146).

Kesabaran tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi ia harus diusahakan dan dibiasakan agar menjadi sifat utama diri. Di sinilah dibutuhkan pengorbanan melawan keinginan hati dan perjuangan menahan nafsu diri.

Yakinlah, dengan bekal kesabaran, dipastikan seluruh persoalan akan selesai dengan cara terbaik. Allah SWT berfirman, 

"Sungguh Aku memberi balasan kepada mereka pada hari ini karena kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang." (QS Al Mu'minun: 111).

Sementara itu, tawakal merupakan pelengkap sejati sifat sabar. Tawakal merupakan kerja hati memasrahkan seluruh ujian dan cobaan kepada kehendak-Nya. Menurut Basyar al-Hafi dan Yahya bin Muaz, tawakal berkaitan erat dengan keridaan kita menjadikan Allah sebagai pelindung dalam kehidupan.

Kehadiran tawakal dalam diri akan menghadirkan kemudahan mengatasi persoalan. Karena kita benar-benar mengharap pertolongan dan kemudahan hanya dari Allah SWT Yang Mahakuasa dan Maha Penolong. 

Penulis yakin, bila kombinasi kesabaran dan tawakal senantiasa hadir dalam diri dan jiwa setiap manusia, kemudahan dan kesuksesan akan menjadi capaian terbaiknya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang sabar dan tawakal. Amin. (@fen/sumber: republika.co.id) **

Selasa, 18 Agustus 2020

TAUSIAH: 3 Perilaku yang Sangat Dibenci Rasulullah

 

Kaligrafi Rasulullah Muhammad saw.  Ilustrasi./republika.co.id/ist.

BAIT-buat-dakwah.blogspot.com -    

إنَّ أحبَّكم إليَّ وأقربَكم منِّي في الآخرةِ محاسِنُكم أخلاقًا وإنَّ أبغضَكم إليَّ وأبعدَكم منِّي في الآخرةِ أسوَؤُكم أخلاقًا الثَّرثارون المُتفيهِقون المتشدِّقون

Dalam kitab Riyadhush-Shalihin, Imam an-Nawawi menukil sebuah hadis yang diriwayatkan Imam At-Turmudzi dari Jabir r.a.. Pada suatu kesempatan, Nabi saw. berkumpul dengan sahabatnya, lalu memberi petuah yang menggetarkan hati. 

"Sesungguhnya, yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan, sungguh yang paling aku benci di antara kalian dan paling jauh duduknya denganku pada hari kiamat adalah al-tsatsaruun dan al-mutasyaddiquun serta al-mutafaihiquun,"  Rasulullah saw bersabda. 

Lalu para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, kami mengerti al-tsartsaruun dan al-mutasyaddiquun. Tapi, siapakah al-mutafaihiquun itu?" 

Beliau saw. menjawab, "Al-mutakabbiruun."   

Melalui hadis ini, Nabi saw. hendak mengingatkan umatnya soal tiga perkara yang paling dibencinya karena termasuk akhlak al-madzmumah (perilaku buruk), yakni:

Pertama, al-tsartsaruun (orang yang banyak celoteh dan suka membual). Golongan pertama yang dibenci Nabi saw. adalah pembual atau pendusta yang banyak cakap dan lagunya serta pandai pula bersilat lidah. Kadang, ucapannya disertai argumentasi logis dan yuridis, namun mengandung kebohongan dan tipuan. Kalau bicara seenaknya, kurang menjaga adab dan menyela pembicaraan. 

Nabi saw. berpesan, فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ "Katakanlah yang baik atau diam." (HR Bukhari). Jangan percaya kepada orang yang banyak cakap, tapi minim amal atau tidak sesuai dengan lakunya: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”  (QS (61): 2-3).

Kedua, al-mutasyaddiquun (orang yang suka bicara berlebihan kepada orang lain). Golongan kedua yang dibenci Nabi saw. adalah orang  berlagak fasih dengan tata bahasa yang menakjubkan. Jika bicara, bumbunya berlebihan hingga tak sesuai kenyataan. Lihai dalam bertutur kata, tapi hanya ingin dapat pujian. Tidak jarang pula, bahasanya indah, namun berbisa (menghinakan). Ia pun susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah.

Dalam diri manusia ada hati (wadah), akal (pengendali), dan hawa nafsu (keinginan). Jika hati kotor, yang keluar dari lisan pun kotor. Jika baik, yang keluar dari ucapan juga baik: 

 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.  Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”  (QS (91): 8-10).             

Ketiga, al-mutafaihiquun (orang yang suka membesarkan diri). Golongan ketiga yang sangat dibenci Nabi saw. yakni orang sombong atau angkuh. Kesombongan pertama adalah ketika iblis menolak sujud kepada Nabi Adam a.s., lalu ia pun dikeluarkan dari surga (QS (5): 29-35). 

Fir'aun yang mengaku Tuhan (QS (79): 23-25,(28): 38), akhirnya ditenggelamkan di Laut Merah. Qarun yang pongah karena harta kekayaannya (QS (28):76-82), dilenyapkan ke perut bumi. Raja Namrudz yang menyetarakan diri dengan Allah SWT, justru dimatikan seekor nyamuk:     

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,' orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan'. Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS (2):258). (@fen/sumber: republika.co.id ) **

Sabtu, 15 Agustus 2020

Tausiah: Penyesalan Mereka yang Memilih Jalan Bengkok


Ilustrasi./hidayatullah.com/ist. 

BAIT-buat-dakwah.blogspot.com -  Allah Taala telah menyediakan dua jalan kepada manusia, yakni jalan yang lurus dan jalan yang bengkok. Manusia dipersilahkan memilih. Bebas! Namun, ada konsekuensi atas pilihan tersebut.

Tentang kedua jalan ini, telah diperkenalkan oleh Allat Taala kepada manusia lewat perantaraan para nabi dan rasul. Manusia yang melakukan proses “iqra” akan mengetahui dengan jelas kedua jalan ini beserta konsekuensinya, termasuk bagaimana kesudahan para pemilih jalan bengkok.

Para pemilih jalan bengkok ini akan menyesal teramat dalam. Mereka memohon kepada Allah Taala untuk dikembalikan ke dunia agar bisa memilih jalan yang lurus. Namun, penyesalan mereka sudah tak ada gunanya lagi.

Tentang hal ini, Allah Taala berfirman dalam al-Quran surat Fatir (35) ayat 37 bahwa kelak para pemilih jalan bengkok ini akan berteriak di dalam neraka. Kata mereka, 

“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan apa yang telah kami kerjakan dahulu.”

Lalu Allah Taala berkata kepada mereka, 

“Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir? Padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.”

Sebenarnya, Allah Taala telah membukakan pintu ampunan kepada orang-orang yang memilih jalan bengkok asalkan mereka menyadari kekeliruannya dan bertaubat dengan sebenar-benar taubat.

Ini dinyatakan oleh Allah Taala dalam al-Quran surat Az-Zumar (39) ayat 53, 

“… Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Imam Ahmad menceritakan tentang ayat ini bahwa suatu ketika seorang sahabat Rasulullah saw. bernama Tsauban mendengar Rassulullah saw. bersabda, 

“ 'Aku tidak suka bila diberikan kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini', yaitu 'Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri …' hingga akhir ayat. Lalu ada seorang laki-laki bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang musyrik?' Rasulullah saw. terdiam, lalu bersabda, 'Ingatlah, dan juga terhadap orang-orang musyrik'. Beliau mengulanginya hingga tiga kali."

Selanjutnya, dalam surat Az-Zumar (39) ayat 54 dan 55, Allah Taala berfirman, 

“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Alquran) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara mendadak, sedang kamu tidak menyadarinya.”

Lalu, dalam ayat 56, 57, dan 58, surat Az-Zumar (39), Allah Taala kembali mengingatkan manusia agar jangan sampai kelak menyesal dengan mengatakan, 

“Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang mengolok-olokkan (agama Allah).”

Atau, mengatakan, “Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa,” Atau, berkata setelah melihat azab di depan mata, “Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik.”

Lalu, rangkaian ayat ini ditutup dengan firman Allah Ta’ala, “Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu. Tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.” (Az-Zumar (39): 59)

Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang menyesal sebagaimana digambarkan oleh Allah Taala dalam rangkaian ayat-ayat tadi. (@fen/sumber:hidayatullah.com) **