INFO KEMITRAAN

Info aneka kebutuhan barang Anda, klik tautannya di sini Showcase Fendy Sy. Citrawarga. https://vt.tiktok.com/ZS6f5nX7Y/?page=Mall

Kamis, 14 Februari 2019

Syiar Jumat: Hindari Putus Silaturahmi karena Harta

ALLAH SWT berfirman dalam Alquran yang artinya: 

"Dan janganlah sebagian dari kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui." (Surat Al Baqarah: 188) 

Manusia adalah makhluk sosial, satu sama lain mau tak mau terlibat dalam ranah pergaulan. Di sinilah kerap terjadi konflik karena berbagai kepentingan. Islam mengajarkan agar muslim/muslimah bergaul dalam kemaslahatan dan menjauhi perselisihan apalagi permusuhan yang dapat memutus tali persahabatan (silaturahmi). 

Merenungi ayat di atas tampak jelas bagaimana Allah SWT mengajari kita agar hidup rukun dan menghindari permusuhan. Biasanya perselisihan dan permusuhan muncul karena urusan harta benda yang memang watak asli manusia adalah kemaruk pada harta dan kesenangan duniawi. 

Karena harta hubungan antarmanusia, jangankan dengan orang yang tidak ada pertalian darah, dengan saudara, bahkan anak dan orangtua, kerap terjadi. Jadi, hati-hatilah dengan harta benda. Jangan saling merugikan karena harta hingga harus berurusan dengan meja hijau. Toh fakta menunjukkan tak ada orang mati dikubur bersama harta bendanya. 

Demikianlah, semoga bermanfaat. Aamiin. ***

Rabu, 13 Februari 2019

Anak Sebagai Amanat dan Penerus

TERKADANG kita sebagai orangtua tak menyadari bahwa anak-anak adalah amanat dari Allah SWT sekaligus penerus kekhalifahan di muka bumi.

Kita kerap memandang anak adalah sebentuk makhluk yang terlahir untuk meramaikan kehidupan dunia. Lalu, dipenuhilah kebutuhan jasmaninya, itu pun dengan kerap bersungut-sungut.

Padahal, anak adalah amanat yang mengandung makna bahwa kita sebagai orangtua wajib melaksanakan amanat itu dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, itu artinya kita berkhianat pada amanat.

Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam Alquran yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah (pula) kalian mengkhianati amanat-amanat yang telah dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui." (Surat Al Anfaal ayat 27)

Itulah peringatan Allah kepada kita tentang pentingnya bertanggung jawab terhadap amanat, termasuk amanat mengurus, mendidik, dan memenuhi kebutuhan lahir maupun batinnya.

Mengapa? Karena selain anak merupakan amanat, juga sebagai generasi penerus setelah kita tidak ada. Bagaimana mungkin mereka akan menjadi generasi penerus andal jika tidak diurus dengan baik.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Aamiin. ***

Selasa, 12 Februari 2019

Tak Baik Berputus Asa dari Rahmat Allah

ORANG bijak bilang, hidup adalah persoalan dan di sanalah ada pilihan. Pilihan bergantung pada mental. Mental terlindungi kebajikan, dijamin pilihan pun baik. Sebaliknya mental bobrok, pilihan pun kalangkabut.

Di sinilah kita mengerti mengapa Allah SWT menurunkan dinul slam via para nabi dan rasul untuk segenap manusia di muka bumi ini. Ya, agar ketika menghadapi persoalan hidup manusia  --lebih-lebih muslim yang sungguh-sungguh beriman--, tidak tersesat pada pilihan kalangkabut, tetapi mantap pada pilihan shirathalmustaqim, jalan lurus yang diridaiNya.

Kenyataannya kerap kita tersesat pada pilihan kalangkabut yang disebut putus asa. Melamun yang bukan-bukan, akhirnya jadi teman setan dan merusak diri dengan aneka kemaksiatan. Mabuklah, berzinalah, mencurilah, bunuh dirilah, dst.

Allah mengingatkan dalam firmanNya: "Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-rang yang sesat." (Alquran Surat Al Hijr ayat 55-56)

Rahmat Allah adalah kasih sayang Allah karena manusia berbuat baik misalnya rajin beribadah. Ketika menunaikan titah ibadah kemudian ada kendala, maka jangan berputus usa. Terus berikhtiar sekemampuan kita. RahmatNya pun akan tercurah.

Bagaimana kalau kita sudah terjerumus ke lembah pilihan hidup kalangkabut alias berbuat maksiat? Maka, berlaku pula tuntunan religi jangan berputus asa. Segereralah bertobat dan Allah pun akan mengampuni sebagaimana firmanNya:

"Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungghnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Alquran surat Az Zumar ayat 53)

Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin..! ***

Azab Kontan di Dunia bagi Anak Durhaka pada Orangtua (termasuk Guru)

BELAKANGAN ini di medsos ramai tayangan seorang murid melawan gurunya di dalam kelas bahkan kejadian itu sempat viral.
Kita kutip sebagian cuplikan beritanya melansir tribunnews.com yang menulis, bagaimana tidak, dalam video yang diambil di dalam kelas itu, si siswa justru tampak melawan gurunya sendiri. Usut punya usut, peristiwa itu terjadi di kelas IX SMP PGRI Wringinanom , Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik.
Kejadian yang videonya viral pada Sabtu (9/2/2019) malam itu, sebenarnya terjadi pada hari Sabtu (2/2/2019) sekitar pukul 08.00 WIB. Seorang siswa laki-laki bernama AA (15) mengenakan seragam pramuka, dan topi yang bukan milik sekolah di dalam kelas mengamuk ketika ditegur gurunya agar tidak merokok di dalam kelas.
Di dalam video itu, AA sempat beberapa kali melawan dengan menarik kerah baju gurunya. Tak hanya itu, dia juga sempat memegang kepala sang guru bernama Nur Khalim (30).
Sungguh prihatin membaca apalagi melihat foto maupun video kejadian itu. Di tengah-tengah upaya pendidikan kita yang menitikberatkan pada pendidikan karakter (yang saleh/salehah, tentunya) justru di dalam kelas sendiri terjadi hal yang sangat memalukan.
Islam sangat menekankan pendidikan karakter bagi anak-anak agar mereka menjadi insan yang saleh dan salehah. Hal itu tidak akan terjadi jika anak-anak tidak dididik ke arah kebajikan. Maka, mendidik anak secara Islami, wajib hukumnya.
Tanggung jawab itu terletak pada pundak para orangtua. Namun, mengingat keterbatasan, baik waktu maupun ilmu, peran mendidikan anak itu dibantu oleh guru/ustaz, baik dalam pendidikan formal maupun non-formal.
Dengan begitu, kedudukan guru bagi ana-anak adalah sama sebagai orangtua yang tugasnya mendidik. Dengan begitu pula maka hak dan kewajiban anak kepada guru sama pula dengan orantua mereka terutama dalam hal sopan santun.
Bagaimana Islam memberikan tuntunan kepada manusia dalam menghormati kedua orangtuanya? Cukup gamblang diterangkan dalam Alquran, salah satunya termaktub dalam Surat Al Israa' ayat 23 yang artinya:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali hanya kepadaNya dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, apabila salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah berkata kepada kesuanya dengan perkataan "ah" dan jangan membentak kepada keduanya serta berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia."
Bayangkan, kepada orangtua itu berkata "ah" saja sudah tidak boleh apalagi melawan, mengata-ngatai yang tidak sopan, memukul, dst. Hal yang sama pun berlaku bagi orangtua pendidik kita yaitu guru, ustaz/ustazah.
Jika seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya, ancamannya cukup berat di akhirat kelak. Yuk kita renungkan hadis nabi saw. yang artinya:
"Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga, yaitu: Orang yang durhaka kepada kedua orangtua, laki-laki yang tidak mempunyai perasaan cemburu terhadap keluarganya, dan seorang perempuan yang menyerupai seorang laki-laki."(Riwayat An Nasa-i, Bazaar, dan Al Hakim r.a.)
Tidak hanya itu, bahkan anak yang durhaka kepada orahtuanya azabnya akan disegerakan di dunia alias dibalas kontan. Yuk kita resapi lagi sabda beliau saw. yang artinya:
"Setiap dosa akan ditangguhkan oleh Allah sampai nanti pada hari kiamat apa saja yang Dia kehendaki kecuali durhaka kepada kedua orangtua, maka sesungghnya Allah akan menyegerakan kepada pelakunya dalam hidupnya (di dunia) sebelum mati." (Riwayat All Hakim r.a.)
Semoga kejadian di Gresik itu menjadi ibrah bagi kita semua bahwa betapa pentingnya mendidik anak-anak menjadi insan yang saleh walaupun untuk itu membutuhkan perjoangan yang sangat berat. ***

Rabu, 06 Februari 2019

5 Dosa Penghalang Rezeki

W2D.blogspot.com,- Kita semua pasti sudah tahu bahwa rezeki telah diatur untuk setiap orang. Tentu rezeki tersebut sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Tidak heran jika semua orang berlomba-lomba mencarinya. Tapi, ada juga orang yang sudah bekerja keras tapi penghasilannya selalu kurang. Contohnya, melakukan sebuah usaha, tapi gagal dan rugi.

Sulit mendapatkan pekerjaan bahkan sampai sering tertipu dan hal yang berhubungan lainnya. Bisa jadi hal tersebut sudah diatur dan sebaliknya bisa jadi itu karena dosa-dosa yang kita lakukan.

Ternyata ada beberapa dosa lho yang bisa menutup pintu rezeki kita. Penasaran? Berikut ini 5 Dosa Yang Bisa Menghalangi Rezeki Kalian sebagaimana dilansir Dafunda! Cek di bawah ini.

1. Pelit

Dosa pertama yang sering kita lakukan adalah pelit. Ya, kalian semua pasti tahu bahwa orang yang pelit membagikan rezeki yang ia dapatkan akan menutup pintu rezekinya. Mulai sekarang, hiduplah dengan penuh berkah dan sedekah, agar rezeki selalu datang kepada kita.

2. Suka ngomong kejelekan seseorang

Dosa kedua yang sering kita lakukan adalah ngomongin kejelekan seseorang. Walaupun sepele, membuka aib seseorang termasuk perbuatan yang sangat fatal. Bahkan, menutup pintu rezeki yang akan datang kepada kita.

3. Tidak pernah bersyukur

Tahukah kalian? Kebanyakan dari kita selau mengeluh ketika dihadapi permasalahan ekonomi dan lupa bersyukur ketika sedang diberi rezeki banyak. Orang yang jarang bersyukur, rezekinya akan dicabut kembali untuk mengajarinya tentang betapa pentingnya mensyukuri nikmat hidup ini.

4. Durhaka

Tahukah kalian? Durhaka kepada orangtua adalah dosa yang paling fatal. Banyak sekali ganjaran yang akan kita terima jika melakukan hal ini. Rezeki akan seret, hidup tidak tenang dan masalah datang bertubi-tubi. Jika tidak ingin mengalami hal seperti itu, hormatilah orangtua dan bahagiakan mereka dengan jadi pribadi yang baik akhlaknya.

5. Sirik kepada kebahagiaan orang

Dosa terakhir yang menjadi penyebab terhalangnya rezeki adalah sirik kepada kebahagiaan yang didapat oleh seseorang. Kadang kita suka merasa iri melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan. Contohnya saja kita iri sama tetangga yang baru beli motor baru.

Karena kita belum mampu membeli motor baru, akhirnya timbul perasaan iri sama tetangga. Perasaan iri dan tidak senang dengan kebahagiaan orang lain dapat menghambat rezeki kita. Nah itulah beberapa dosa yang bisa menutup pintu rezeki kalian. Semoga bermanfaat bagi kita semua. (*)

Minggu, 03 Februari 2019

Mewujudkan Keluarga Saleh dan Salehah

Oleh Fendy Sy. Citrawarga

KELUARGA adalah unit terkecil dari masyarakat, bangsa, dan negara. Meski kecil, perannya cukup besar, baik bagi kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negaranya.
Islam sebagai agama "rahmatan lil'alamin" sangat menekankan pendidikan keluarga agar berakhlak mulia atau menjadi insan yang saleh dan salehah. Ya, anak-anak kita harus dididik menjadi insan yang saleh dan salehah.
Ini artinya, sebelum kita --para orangtua-- menyuruh anaknya saleh, terlebih dahulu orangtuanya harus saleh, baik ayahnya maupun ibunya. Meskipun ada orangtua berkelakuan buruk namun anaknya saleh atau sebaliknya.
Yang pasti, Allah menyuruh setiap mukmin memelihara dirinya kemudian anggota keluarganya. Dia berfirman dalam Alquran yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka." (Surat At Tahrim: 6)
Itulah perintah Allah yang menunjukkan bahwa mewujudkan keluarga saleh dan salehah harus ada sinergitas dalam keluarga, bahkan lebih luasnya dengan "keluarga" lebih besar lagi, yaitu masyarakat.
Memang mendidik keluarga dengan kesalehan bukan pekerjaan gampang. Akan banyak kendala dan rintangan. Namun dengan kesabaran, niscaya akan berhasil, paling tidak menjadi catatan amal hasanah.
Firman Allah: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (Surat Thaha 132).
Selain anggota keluarga senasab terdekat seperti orangtua kepada anak-anaknya, juga kepada karib kerabat. Tak lain hal ini untuk terciptanya lingkungan yang baik, yang akan menunjang terhadap upaya mewujudkan keluarga yang saleh dan salehah.
Firman Allah SWT: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS Asy Syu'araa': 214).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa berupaya mewujudkan keluarga saleh dan salehah. Aamiin. ***